Chapter 1 - Thunder, Lightning, and Tears

Amoretta POV
      Aku mendesah saat angin menyapu hujan lebat dari arah yang berbeda. Petir turun dengan tajamnya. Guntur-guntur hujan menyambar setiap arah disekitarnya, bergema dari pegunungan Evania.
      Dibandingkan dengan semua kerajaan yang pernah aku kunjungi, menurut pendapat ku, Evania adalah yang terbaik. Bukan berarti aku membela negeri ku karena aku tinggal disini. Evania memang benar-benar indah. Daerahnya di tengah-tengah lembah yang luas yang dikelilingi oleh pegunungan. Negeri yang kaya dan jarang ada anak yatim, pengemis, dan janda. Pasar di negeri kami berkembang dan perdagangan kami akan berhasil. Ini semua berkat ayah ku, Raja Caspar. Arti namanya adalah harta karun.
      Dan sesuatu yang kalian harus tahu: di Evania, bagi keluarga kerajaan, memiliki nama harus mempunyai arti. Nama kami ditentukan oleh, Athanasia, Dewi kami, yang berarti kehidupan.
      Nama ku, Amoretta, artinya cinta. Dewi kami menentukan nama kami dari setiap karakter dan prinsip-prinsip kami untuk sisa hidup kami. Mereka juga dapat meramalkan masa depan kami. Tanpa nama kami, kami akan menjadi sia-sia
      Ibuku, Ceyda-yang mempunyai arti peduli- masuk ke dalam ruangan ku bersama adikku yang digandeng Ibu ku, namanya Rasmus. Rasmus lahir saat aku masih berusia 7 tahun, dan sekarang usiaku sudah 20 tahun, yang berarti usia adik ku sudah 13 tahun. Bahkan pada usia ke 13-nya, dia masih sangat polos, manis, dan protektif pada ku dan ibu.
      "Amoretta, Sayang, ayahmu ingin menemuimu di ruang konferensi," kata ibuku.
      "Untuk apa?"
      "Kau akan tahu," jawab Ibu. Aku sudah menyadari bahwa ada yang tidak beres. Aku menyepelekannya dan berjalan keluar pintu, dan berhenti tepat disamping Rasmus untuk mencium pipi gembulnya. Aku bisa merasakan mata ibu ku menatap punggung ku saat aku berjalan menyusuri koridor.
      "Princess Amoretta, Putra Raja dan Ratu Caspar Ceyda." Aku berjalan melewati pintu ruangan konferensi setelah namaku diumumkan. Para pelayan di ruang konferensi membungkuk rendah.
      Aku berdiri didepan meja bulat yang elegan, bersama saudara-saudara perempuanku.
      Ayahku duduk di kepala meja. Wajahnya seperti biasa, menyala, berbatasan dengan rambut hitam logamnya, yang kini mempunyai garis-garis putih di dalamnya. Keriput kecil di sekitar matanya sudah memperlihatkan dia sudah tua, mata Ayah ku menatapku. Dia tidak akan pernah memberitahu siapa pun tentang rahasianya, tapi aku adalah putri kesayangannya. Setelah semua, dari 4 istrinya, ibu ku adalah istri favoritnya. Dan ibuku adalah istri pertama yang memberikannya pewaris tahta.
      Aku mempunyai saudara, yang paling tua Saphronia, Celesta, lalu Aku dan Permelia. Jarak diusia kami sangat dekat.
      Saphronia, rambut cokelat lurus dan mata hijau bersinarnya (dia tampak seperti ibunya). Dia sangat cerdas dan bijaksana, seperti arti dari namanya: bijaksana. Dia adalah anak tertua dari 4 bersaudara dan yang paling tinggi. Dia kurus dan memiliki tulang pipi yang tinggi. Dia sangat cantik, tapi Celesta yang tercantik dari kami semua.
      Celesta mempunyai rambut emas dan mata biru (dia juga terlihat seperti ibunya). Dia mempunyai tinggi yang sedang dan dia kakak tertua ku yang kedua. Dia mempunyai body yang cantik. Hal misterius tentang Celesta adalah saat dia dilahirkan, Athanasia telah memilih dua nama untuknya: Celesta (artinya cantik) dan Deyanira (perusakan makna). Ibu Celesta adalah seorang Ibu yang aku tidak suka. Dia sangat angkuh, jadi dia tidak ingin mempunyai anak perempuan yang mempunyai arti nama kehancuran!
      Lalu aku, aku yang lahir hanya beberapa hari setelah Celesta (meskipun ibu ku adalah istri pertama Raja). Aku mempunyai rambut berwarna emas dan kulit cokelat karamel. Wajahku berbentuk hati dan rambut ku bergelombang sampai ke pinggang ku. Aku mewarisi mata indah ibuku, mata ku membuat orang ragu berpendapat Celesta lah yang paling cantik.
      Dan terakhir, Permelia atau Sweetness. Dia mempunyai rambut merah cerah yang keriting yang melewati bahunya. Dia mempunyai mata cokelat cemerlang yang membuatnya tampak lebih seperti ibunya. Aku pikir, aku anak perempuan satu-satunya yang tidak terlihat seluruhnya seperti ibu ku.
      Saat aku membungkuk pada ayah ku, aku mencuri pandang jauh ke matanya, dan aku melihat kesedihan dan ketakutan. Alisku bertaut menandakan kebingungan. Apa yang bisa membuat Ayah sampai sedih seperti ini?
      Saat aku duduk di sebelah kanan ayah ku, Celesta merengut pada ku. Dia tahu Ayah sangat menyayangiku.
      Ayahku berdeham dan menatap jauh ke dalam masing-masing mata kami.
      "Raja Daivian dari Forsythia telah merencanakan untuk menyerang negeri kita dalam waktu 3 hari. Pasti kalian semua sudah tahu tentang ini, kan? Semua rakyat ketakutan. Demi negeri ini, Ayah telah menawarkan pengikatan kenegerian yang kuat. Dan Raja Daivian juga sudah menyetujuinya. Kesepakatan pernikahan. Dari kalian harus rela dipilih oleh anak Raja Daivian. Demi negeri kita." Ayah berbicara tegas.
      Semua dari kami terkesiap dan mulai berbisik, kecuali Saphronia.
      Ayah mengabaikan ledakan kami dan melanjutkan, "Raja Daivian memiliki seorang putra, Pangeran Edelmar. Ayah menawarkan salah satu dari kalian sebagai pengantin.. Dua kerajaan akan menjadi satu, demi perdamaian. Dia akan datang untuk memilih salah satu dari kalian sebagai pengantinnya. Dia akan tinggal selama 3 hari untuk membuat keputusannya. Tampilkan sikap kalian yang terbaik demi kerajaan kita."
      Setelah selesai, aku dan saudaraku berdiri untuk pergi, tapi Ayah tetap duduk. Aku membungkuk pada Ayah saat dia memberiku tatapan pertanyaan. Aku menatap tajam Celesta, yang sedang menunggu sambil cemburu di daun pintu.
      Aku menunggu sampai pintu tertutup dan saudara-saudara ku pergi.
      "Ayah, jangan khawatir. Bukankah dua negeri bersatu akan bermanfaat bagi negeri kita?" Kataku.
      Ayahku mendesah. "Ayah takut kehilanganmu, Amoretta. Jika kau pergi, Ayah tidak tahu apa yang akan Ayah lakukan. Maksud Ayah, kecerdasan Saphronia memang berharga dan Permelia sangat manis Dan bahkan Celesta sangat cantik,... Tapi Ayah harus mengakui bahwa kaulah harta Ayah yang paling berharga. "
      Air mata menggenang di mata ku.
      "Ayah, ada Celesta yang lebih cantik daripada aku, jadi dia yang akan dipilih. Bukan aku.."
      "Kecantikan bukan segalanya, anakku sayang. Kepribadian dan karaktermu membuat mu lebih dari indah." Balas Ayah, mengelus pundakku dengan lembut.
      "Saphronia lebih pintar dan akan mempesona pangeran dengan pengetahuannya."
      "Tidak juga, sayang." gumamnya. Aku terkikik melalui air mataku.
      Aku membuka mulut untuk bicara tetapi ayah mendahuluiku, "Jangan berani-berani mengatakan kalau Pangeran Edelmar akan memilih Permelia dan bukan kamu anakku. Camkan kata-kataku Amoretta, dia akan lebih memilihmu.." Suaranya menyenangkan di awal, namun ada nada keseriusan di akhir kalimatnya.
      "Kalau itu memang benar akan terjadi, aku tidak akan pergi," kataku, dan aku memeluk Ayahku.
      "Hartaku, kau harus tetap melakukannya, demi rakyat kita."
      Aku menangis tersedu-sedu, "Aku akan merindukanmu , ibu dan Rasmus jika itu benar terjadi."
      "Ayah tahu, Amoretta, Ayah tahu. Sekarang pergi, beritahu ibumu.. Ayah yakin dia ingin tahu." Ayah bicara dan mengusap air mata di sekeliling matanya.
      "Dengan penampilannya di pagi ini, aku pikir dia sudah tahu." Aku berkata sambil tersenyum.
      "Benar. Dan itulah salah satu pesonanya.." Kata ayahku. Aku tersenyum saat ia tertawa.
      Aku membungkuk padanya dan berjalan keluar pintu. Setelah pintu tertutup di belakang ku, aku mendengar suara keluhan ayahku.

Komentar

Postingan Populer